Jateng Segera Bentuk Santri Tanggap Bencana
By Admin
nusakini.com-Semarang – Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah yang merupakan “minimarket bencana” atau memiliki potensi berbagai bencana alam, menuntut seluruh elemen masyarakat termasuk para santri, mampu membantu mengantisipasi risiko bencana. Bahkan dalam waktu dekat, akan dibentuk Santri Tanggap Bencana.
“Dalam waktu dekat kami akan membentuk Santri Tanggap Bencana di beberapa pondok pesantren. Santri Tanggap Bencana ini dibentuk sebagai salah satu solusi atas sebagian besar wilayah Jateng merupakan daerah rawan bencana alam,” ujar Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di sela Rapat Akbar Lembaga Pendidikan Formal Pesantren Jateng, di Hotel Aston Inn Semarang, Selasa (19/2/2019) malam.
Dalam pelaksanaan pelatihan penanggulangan bencana, kata dia, para santri pilihan tersebut akan dilatih berbagai hal kebencanaan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta tim ahli dari beberapa instansi terkait. Materi pelatihan meliputi deteksi dini, evakuasi hingga pengetahuan tanggap darurat, dapur umum, serta penanganan kecelakaan.
“Kita bekerja sama dengan BPBD mengumpulkan santri dari berbagai daerah rawan longsor, banjir, gunung berapi, dan lainnya. Mereka selanjutnya dilatih oleh tim ahli, kemudian dilibatkan dalam penanggulangan bencana,” terang pria yang akrab disapa Gus Yasin ini.
Menurutnya, saat musim hujan, sejumlah daerah di Jateng terkena banjir dan longsor. Demikian pula sebaliknya, ketika musim kemarau tidak sedikit daerah mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Dalam kondisi tersebut, peran Santri Tanggap Bencana di penjuru Jateng sangat dibutuhkan untuk membantu sesama di bidang kebencanaan.
“Materi pelatihan yang akan diberikan salah satunya memunguti sampah di lingkungan ponpes. Karena salah satu penyebab banjir adalah sampah yang menyumbat sungai atau saluran air. Kebersihan juga mampu menanggulangi bencana,” jelas mantan anggota DPRD Jawa Tengah ini.
Ditambahkan, keberadaan komunitas tanggap bencana dari unsur santri ini, diharapkan bisa membangun kemandirian relawan, jalinan di lingkungan, menumbuhkan jiwa sosial dan kepedulian santri terhadap sesama. Selain mengenai Santri Tanggap Bencana, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, terus mendorong pondok pesantren agar mampu mencetak santri berjiwa usahawan dan enterpreneurship melalui program ekonomi pesatren (Ekotren). Sehingga jika sudah lulus dari ponpes, santri tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki keterampilan berwirausaha untuk bekal hidup mandiri.
Gus Yasin berharap setiap ponpes di Jateng mampu membuat produksi yang khas. Baik itu kuliner maupun produk kreativitas lainnya, yang mampu menghasilkan ekonomi. Seperti pengolahan sampah di Cilacap dan pembuatan kerajinan mengolah sampah menjadi produk kreatif.
“Saya ingin santri di Jateng ‘gagah’ sehingga bisa bersaing dengan produk-produk lain. Karena itu, diharapkan menjadi santri yang leadership, mampu memberdayakan dan mengembangkan potensi-potensi ekonomi di lingkungan ponpes,” harapnya.(p/ab)